Pages

Thursday, August 30, 2012

HUMOR DALAM PENJUALAN

 


          Humor merupakan bumbu dalam berkomunikasi agar terjalin hubungan dalam pembicaraan yang lentur dan mencairkan suasana kaku. Namun pelontaran humor ini tetap harus melihat tempat dan waktunya, agar dapat mengena sasaran dengan baik. Seorang salesman bisa jadi ditunggu-tunggu kedatangannya oleh pelanggan karena keceriaan dan lontaran humornya yang menggelitik. Bahkan kepandaian melontarkan humor dapat membantu melancarkan penjualan. Pelanggan jadi bersimpati dan menambah persediaannya.
          Terampil menggunakan humor sebagai sarana medekati hati pelanggan banyak digunakan para tenaga lapangan. Walau cara ini tidak diajarkan dalam pelatihan dasar para wiraniaga manapun. Berbakat ataupun takberbakat dalam melucu, petugas lapangan harus mampu mengambil sikap beradaptasi dengan masalah humor ini. Tidak ada tuntutan petugas penjualan harus selalu bersikap sebagai komedian. Cukup ikuti saja lelucon yang sedang populer di lapangan, namun setidaknya tidak teriritasi saat mendengar humor. Karena sudah menjadi kewajaran bila lelucon merupakan bumbu komunikasi, maka sebagai orang yang bertemu dengan berbagai tipe manusia setiap harinya sebaiknya dapat menyesuaikan diri dengan adanya humor. Jangan menjadi kaku dan berdisiplin mati sehingga bersemboyan: "Sebagai medical reps saya harus selalu serius, karena yang saya hadapi adalah para dokter yang selalu serius menghadapi pasien!"
          Profesi apapun di bagian penjualan maupun marketing wajar dan layak menggunakan humor sebagai tambahan penyedap pembicaraan, asal sesuai dengan tempat dan suasananya. Layakkah seorang salesman melontarkan joke atau lelucon kehadapan pelanggan yang biasanya terlihat bekerja dengan serius? Para pelanggan (eksternal dan internal) adalah manusia biasa, yang dapat tersenyum atau tertawa dan dapat pula selalu bersikap serius bahkan mengalami stres. Dengan lontaran humor yang segar, ia akan merasa segar dan gembira. Karena kalau sekian jam ia hanya bertemu dengan orang-orang yang selalu serius saja, maka ketika ada orang lain melontarkan lelucon yang tepat mengena di hati maka setidaknya merupakan penawar lelah yang diperlukan. Sehingga diharapkan saat itu hubungan menjadi lebih dekat.
          Walau begitu harus selalu berhati-hati dalam melontarkan lelucon kepada orang lain, termasuk yang sudah dikenal baik sekalipun. Karena tetap saja tidak akan efektif bila melontarkan lelucon yang bernada SARA. Terkecuali pelanggan tadi yang melontarkannya dan tak perlu menambah bumbu lagi. Karena bagaimanapun yang bernada SARA dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, tergantung siapa yang sedang diajak bicara. Sedangkan keadaan sosiologis masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku & pemeluk agama sangat beragam. Karena perbedaan golongan yang cukup tajam ini membuat lelucon yang yang bernada SARA dapat menimbulkan hal-hal yang negative dalam sekejap mata. Sebaiknya gunakanlah lelucon-lelucon segar, yang sedang populer di masyarakat atau boleh juga yang sedikit nyerempet-nyerempet ke profesi seseorang. 
          Sedikit atau banyak modal lelucon yang dimiliki, janganlah diobral di setiap pertemuan dengan pelanggan. Jadikanlah lelucon tadi sebagai sisipan yang mencairkan kebekuan di dalam wawancara menjual atau detailing. Jangan sampai pelanggan harapkan kedatangan sales people hanya karena pandai melucu namun ia tak pernah membeli dagangan yang ditawarkan. Sebab sales people bukanlah pelawak, namun karyawan yang bertugas menjual dan harus mencapai target penjualan.
Persembahan
Fikri C. Wardana
Penulis buku sales dan marketing
dan trainer 

__,_._,___

0 komentar: